Bacaan Do'a Thawwaf Dan Sa'i Yang Sesuai Tuntunan Sunnah

 بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
lintasan thawwaf
Bagan ka'bah.
Dalam pengertian umum Ibadah Thawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dimana tiga putaran pertama . dengan lari - lari kecil (jika mungkin), dan selanjutnya berjalan biasa. Thawwaf dimulai dan berakhir di Hajar Aswad ( tempat batu hitam ) dengan menjadikan Baitullah disebelah kiri. Dalam hal bacaan DO'A dan dzikir, silakan pilih mana yang dirasanya baik tanpa mengikat diri dengan suatu DO'A tertentu atau mengikuti apa yang diajarkan oleh Muthawwif - pembimbing thawwaf - . Dalam hal ini tidak ada jenis dzikir tertentu yang diharuskan oleh syara' (hukum agama). Mengenai kata orang ada DO'A dan dzikir tertentu yang diharuskan buat putaran pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, maka tidak berdasar, dan tidak ada dihafalkan dari Rasulullah saw. Maka orang yang berthawaf boleh berdo'a apa saja yang dirasanya baik, berupa kepentingan dunia dan akhirat, buat diri dan kaum keluarganya. Hanya saja, diterima beberapa DO'A yang berasal dari Rasulullah saw. mengenai beberapa amalan di dalamanya. Dan mengikuti apa yang dicontohkan Nabi saw. adalah lebih baik, karena itu berarti mengamalkan sunnah Nabi yang sudah pasti ada tambahan pahala dan menunjukkan kecintaan kepada beliau. Postingan ini hanya mencantumkan DO'A yang berasal dari Nabi saw. sesuai dengan judul di atas. 

Tata Cara Thawwaf Dan Bacaannya

  1. Memulai thawafnya dengan menyisir dekat Hajar Aswad, sambil mencium, menyapu atau memberi isyarat bagaimana dapatnya; lalu diucapkan:                      بِسْمِ اللهِ اللهُ أَكْبَر اللَّهُمَّ إِيمَانًا بِكَ  وَتَصْدِيقًا بِكِتَابِكَ ووفاء بعهدك   وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ                                                                                            (Bismilllaahi Wallaahu akbar, allaahumma iimaanan bika watashdiiqan bikitaabika, wawafaa'an bi'ahdika wattiibaa'an li sunnatin nabiyyi shallallaahu 'alaihi wa sallam.). Artinya: "Dengan nama Allah,   Allah yang maha besar, Ya Allah, demi keimanan kepda-Mu, dan membenarkan kitab suci-Mu, memenuhi janji dengan-Mu serta mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad saw." [1]. 
  2. Disunnatkan berjalan cepat pada tiga putaran pertama; langkah hendklah diperpendek dan dipercepat, dan sedapat mungkin mendekatkan diri ke ka'bah. Kemudian pada empat kali putaran selanjutnya hendaklah ia berjalan seperti biasa. Bagi yang tidak dapat berjalan cepat atau mendekati ka'bah, bolehlah thawwaf sebagaimana dapatnya, dan disunatkan menyapu rukun Yamani dan mencium Hajar Aswad atau mengusapnya pada setiap kali dari 7 putaran itu.
  3. Memperbanyak DO'A dan dzikir.                                                                             a. Saat menghadap Hajar Aswad membaca:                                                                        بِسْمِ اللهِ اللهُ أَكْبَر اللَّهُمَّ إِيمَانًا بِكَ  وَتَصْدِيقًا بِكِتَابِكَ ووفاء بعهدك   وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ                                                                                                   (Bismilllaahi Wallaahu akbar, allaahumma iimaanan bika watashdiiqan bikitaabika, wawafaa'an bi'ahdika wattiibaa'an li sunnatin nabiyyi shallallaahu 'alaihi wa sallam.). Artinya: "Dengan nama Allah,   Allah yang maha besar, Ya Allah, demi keimanan kepda-Mu, dan membenarkan kitab suci-Mu, memenuhi janji dengan-Mu serta mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad saw." [1].                                                                                                              b. Jika telah mulai thawwaf, diucapkan:      سُبْحَان اللهِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ وَ لآ اِلهَ اِلّا اللّهُ، وَ اللّهُ اَكْبَرُ وَلا حَوْلَ وَلاَ قُوَّة ِ الَّا بِاللّهِ (Subhaanallaah, walhamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, wala haulaa walaa kuwwata illaa billaah). Artinya: "Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, dan tiada Tuhan melainkan Allah, Allah Mahabesar dan tiada daya maupun tegaga kecuali dengan Allah." [2]. 
  4. Ketika berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, disunnahkan membaca:                                                رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ                       (Robbana aatina fid dunya hasanah, wa fil aakhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar).  ” Ya Rabb kami, karuniakanlah pada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta selamatkanlah kami dari siksa neraka".[3].
  5. Jika telah selesai 7 putaran, shalatlah dua rakat'at dekat maqam Ibrahim, sambil membaca:                                             وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى                                 (Wattakhidzuu mim maqaami ibraahiima mushalla)  Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat" [4]. Dengan demikian berakhirlah thawwaf, kemudian dilanjutkan dengan sa'i.
Keterangan:

  1. Syafi'i : "Saya ingin agar setiap berdekatan dengan hajar aswad, seseorang membaca takbir, dan waktu berjalan cepat agar berdo'a" اللهم اجعله حجاً مبرورا وذنبا مغفوراً وسعيا مشكورا (Allahummaj'alhu hajjan mabruuraa wadzanban maghfuuraa wasa'yan masykuuraa)     Artinya:"Ya Allah, jadikanlah hajiku ini haji yang mabrur, dosaku diampuni, dan sa'iku dihargai!). Sedang pada setiap putaran thawwaf dibaca:                        رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ عَمَّا تَعْلَمُ ,و أَنْتَ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ أللهم  آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ   (Rabbighfir warham wa'fu ammaa ta'lam, waantal-a'azzul akram. Allaahumma aatinaa fid dun-yaa haanah wafil aakhirati hasanah waqinaa 'adzaaban naar).         Artinya: " Ya Tuhanku, ampunilah daku dan kasihanilah, dan maafkan kesalahan-kesalahanku yang Engkau ketahui, dan Engkaulah Yang Mahakuat dan Mahamulia. Ya Allah, berilah kami di dunia ini kebaikan, dan di akhirat juga kebaikan, dan lindungilah kami dari siksa neraka."
  2. Dan diterima dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia biasa membaca diantara dua sudut Ka'bah:             أللهم قنئنى بما رزقتني وبارك لي فيه واخلف علي كل غابتن بخير (Allaahummaa qanni'nii bimaa razaqtanii wabaarik lii fiihi, wakhlif 'alaiya kulla ghaaibatin bikhair) Artinya: :"Ya Allah, berilah daku kecukupan dengan rezeki yang telah Engkau berikan kepadaku, dan berilah daku berkah padanya, serta gantilah segala barang  yang hilang dengan yang baik." [5].
  3. Membaca Al-Qur'an bagi orang yang thawwaf: Tak ada halangannya bila orang sedang thawwaf itu membaca AL-Qur'an. Karena maksud disyari'atkannya thawwaf itu ialah untuk mengingat Allah, sedang Al-Qur'an itu berisikan dzikir - ingat - kepada Allah. Diterima dari 'Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Diadakannya thawwaf di ka'bah, sa'i antara shafa dan Marwa, dan melempar jumrah-jumrah itu tiada lain hanyalah buat membangkitkan dzikir kepada Allah Ta'ala." [6].

Sunnah Dan DO'A-Do'a Sa'i

lintasan sa'i
Jarak Shafa - Marwa  + 400 m.
  1. Disunnahkan berjalan biasa diantara shafa dan Marwa, kecuali diantara dua tiang, maka disunatkan berjalan cepat - berlari-lari kecil - Dicantumkan dalam sebuah hadits bahwa Nabi saw. berlari hingga karena cepatnya, sarungnya terbelit sekitar pinggangnya. Dan jika seseorang berjalan tanpa berlari, maka hukumnya boleh. Diterima dari Sa'id bin Juberi r.a., katanya:"Saya  melihat Ibnu Umar r.a. berjalan diantara Shafa dan Marwa." Lalu katanya lagi: "Jika saya berjalan biasa maka telah saya lihat Rasulullah saw. juga berjalan. Dan jika saya berlari-lari kecil, maka saya juga pernah meliihat Rasulullah saw. berlari. Hanya sekarang ini saya sudah tua bangka!" [7]Hukum sunah itu hanyalah khusus bagi laki-laki, adapun wanita maka tidaklah disunatkan mereka berlari, cukup berjalan seperti biasa.
  2. Disunahkan naik Shafa dan Marwa dan berdoa di sana memohon apa juga yang dikehendaki mengenai kepentingan agama maupun dunia dengan menghadap ke Baitullah. Yang dikenal dari perbuatan Nabi saw. ialah bahwa mula-mula ia keluar dari Baabush Shafa. Tatkala dekat ke Shafa dibacanya: إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَائِرِ اللَّهِ (Innash shafaa wal marwata min sya'aairillaah) " Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi’ar Allah."[8]. Kemudian ucapkanlah: أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ (abdau bimaa badaallaahu bih) "Kami memulai dengan apa yang dengannya Allah memulai."
  3. Maka dimulainya dengan Shafa, lalu naik ke atasnya hingga tampak Baitullah, lalu menghadap kiblat, membaca kalimat tauhid dan takbir tiga kali serta memujinya, lalu membaca: لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي ويُمِييْتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَه  (Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyiii wayumiitu wahuwa 'alaa kulli syai'in qadiir. Laa ilaaha illallaahu wahdah, anjaza wa'dahu manashara 'abdahu wa hazamal ahzaaba wahdah.) "Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah semata, tiada sekutu bagiNya, hanya bagiNya segala kerajaan dan hanya bagiNya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada sesembahan yang haq melainkan Dia, tiada sekutu bagiNya, yang menepati janjiNya, yang memenangkan hambaNya dan yang menghancurkan golongan-golongan (kafir) dengan tanpa dibantu siapa pun." Ulangilah dzikir tersebut sebanyak tiga kali dan berdo’alah pada tiap-tiap selesai membacanya dengan do’a-do’a yang Anda kehendaki.
  4. Kemudian turunlah untuk melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah. Bila Anda berada di antara dua tanda hijau, lakukanlah sa’i dengan berlari kecil (khusus untuk laki-laki dan tidak bagi wanita). Jika Anda telah sampai di Marwah, naiklah ke atasnya dan menghadaplah ke Ka’bah, kemudian ucapkan sebagaimana yang Anda ucapkan di Shafa (do'a point 3). Demikian hendaknya yang Anda lakukan pada putaran berikut-nya. Pergi (dari Shafa ke Marwah) dihitung satu kali putaran dan kembali (dari Marwah ke Shafa) juga dihitung satu kali putaran hingga sempurna menjadi tujuh kali putaran. Karena itu, putaran sa’i yang ke tujuh berakhir di Marwah. 
  5. Disunnahkan pula berdo'a diantara Shafa dan marwa, berdzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur'an. Telah diriwayatkan bahwa ketika sa'i Nabi saw. membaca:    رب اغفر وارحم واهدني السبيل الاقوم (Rabbigh fir warham, wahdinis sabiilal aqwaam) Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah dan beri rahmatlah daku, serta tunjukilah daku jalan yang lurus." Dan diriwayatkan pula daripadanya:  رب اغفر وارحمإنك انت الأعز الأكرم (Rabigh fir warham, innaka antal a'azzul akram). Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah dan berilah rahmat daku, sungguh Engkau Mahakuat lagi Mahamulia."
Demikianlah manasik thawwaf dan sa'i, mudah-mudahan bermanfaat bagi jama'ah haji dan umrah, amin.
                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                          “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Sumber: Fikih Sunnah 5 hal.197-211, Sayyid Sabiq, Penerbit: PT.Al-Ma'arif, Bandung.
              bbg-alilmu.com
---------------------------------------------------------------------------------------------
[1][HR. Ath Thabarani, Syaikh Al Bani mengatakan hadits ini mauquf].
[2]. H.R. Ibnu Majah.
[3](QS. Al Baqarah: 201). Juga berdasar hadits“Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata di antara dua rukun: Robbanaa aatina fid dunya hasanah wa fil aakhirooti hasanah, wa qinaa ‘adzaban naar (Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari adzab neraka).” (HR. Abu Daud no. 1892. Juga diriwayatkan oleh Syafi'iSyaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
[4]. (QS. Al Baqarah: 125).
[5]. Riwayat Sa'id bin Manshur dan Hakim.
[6]. Diriwayatkan oleh Abu Daud, juga oleh Turmudzi yang menyatakan hasan lagi shahih.
[7]. H.R. Abu Daud dan Tirmidzi.
[8][Q.S. Al-Baqarah: 158]

sumber : www.jadipintar.com

Tata-Cara Mengucapkan Shalawat Dan Salam Kepada Nabi Serta Hukum Menambahi Kata Sayyidina

 بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Hukum Mengucapkan Shalawat Nabi

cincin nabi
Shallallahu 'alihi WaSallam.
  • Segolongan ulama, diantaranya Thahawi dan Halimi memandang wajib mengucapkan shalawat dan salam setiap disebut nama Nabi. Mereka mengambil alasan kepada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. oleh Turmudzi yang menyatakannya hasan, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Merasa keberaratan seorang laki-laki, hingga ia tak hendak mengucapkan shalawat bagiku ketika disebut namaku! Dan merasa keberatan pula seorang laki-laki yang menemui bulan Ramadhan, hingga bulan itu berlalu sedang dosa-dosanya belum sempat diampuni. Dan adalah karena kesalahan sendiri pula bila kedua ibu bapak seseorang berada yang telah lanjut usianya berada dalam rawatannya, tetapi tidak berhasil memasukkannya ke dalam sorga!"     Juga berdasarkan hadits dari Abu Dzar r.a., bahwa Nabi saw. bersabda:  الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ   Orang bakhil ialah mereka yang apabila disebut nama-Ku mereka tidak bershalawat.” (HR At Tirmidzi, shahih).
  • Golongan yang berpendapat bahwa mengucapkan shalawat Nabi dalam suatu majelis itu hanya wajib satu kali saja, selebihnya tidak diwajibkan, hanya jatuh sebagai sunat, berdasarkan hadits Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Setiap kaum yang menghadiri sesuatu majlis dan tidak disebut di sana mana Allah dan tidak diucapkan shalawat Nabi, pastilah akan ditemani pada mereka kekurangan di hari kiamat! Jika Allah menghendaki maka mereka akan disiksa-Nya, dan jika tidak, maka akan diampuni-Nya!" (Riwayat Turmudzi yang menyatakannya sebagai hadits hasan).

Redaksi Kata-Kata Shalawat Dan Salam

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِي مَجْلِسِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فَقَالَ لَهُ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ أَمَرَنَا اللَّهُ تَعَالَى أَنَّ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَمَنَّيْنَا أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَالسَّلَامُ كَمَا قَدْ عَلِمْتُمْ
311. Dari Abu Mas'ud Al Anshari RA, dia berkata. "Rasulullah SAW datang kepada kami ketika kami di majelis Sa'ad bin Ubadah. Kemudian beliau ditanya oleh Basyir dan Sa'ad, "Allah SWT memerintah kepada kami untuk membaca shalawat kepada engkau {di dalam tahiyyat} wahai Rasulullah! lalu bagaimana cara kami membaca shalawat kepada engkau?'" Kata Abu Mas'ud, "Maka Rasulullah SAW diam, sehingga kami menyesali pertanyaan tadi. Lalu Rasulullah SAW bersabda, 'Ucapkanlah; Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad, kamaa shallaita 'alaa Ibrahiim, wa baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa baarakta 'alaa Ibraahim fil 'aalamiina innaka hamiidum-majiid" {Ya Allah! Limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana rahmat yang telah Engkau berikan kepada keluarga Ibrahiim. Berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau berikan keberkahan kepada keluarga Ibrahim, di alam semesta sungguh Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia}. Sedangkan ucapan salam {di dalam tahiiyyat} adalah sebagaimana yang telah kalian ketahui." {Muslim 2/16}.

Hukum Penambahan Kata "Sayyidina" Di Depan Nama Nabi

Kata ”Sayyidina” berasal dari bahasa Arab, merupakan gabungan kata ”Sayyid” (penghulu) dan ”na” dari ”nahnu” berupa kepemilikan (kami/ kita). Bila ada orang yang diberi predikat ”Penghulu”, maka orang tersebut adalah dimuliakan dalam suatu kelompok manusia dan orang yang dijadikan ikutan dan pemimpin dalam segala urusan.
Nabi Muhammad SAW yang diberi sanjungan dengan lafaz ”Sayyidina” berkonotasi pada martabat dan kedudukan dari ”Penghulu” bagi orang mengucapkannya. Lafaz ”sayyidina” itu merupakan maksud bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang kita muliakan, yang kita hormati, yang kita junjung tinggi, dan yang kita jadikan pimpinan dan ikutan lahir bathin, dunia akhirat.
Hakekat dari lafaz ”Sayyidina” pada ungkapan “sayyidina Muhammad”, baik ditambah pada shalawat ataupun saat menyebut namanya adalah bukti dari kita memuliakan beliau sebaik-baiknya dan mengangkat derajat beliau setinggi-tingginya, sesuai dengan kedudukan beliau yang sebenarnya.
Persoalan pengucapan kata "Sayyidina" di depan  nama Nabi Muhammad SAW terdapat perbedaan ulama dalam prakteknya: 
  1. Golongan Yang Membolehkan. Kata “sayyidina” sebelum nama Nabi Muhammad SAW dalam shalawat adalah afdhal, yakni lebih baik karena itu berarti memuliakan dan menghormati Nabi SAW. Menambahkan “sayyidina” itu dalam shalawat, merupakan suatu perbuatan yang bernilai melaksanakan perintah Nabi dan pula telah mengucapkan yang benar, yaitu berbicara secara sopan dan beradab. Menambahkan “sayyidina” dan “maulana”, dan lain-lain perkataan yang menyatakan menghormati, memuliakan serta membesarkan Nabi dalam mengucapkan shalawat untuk penghulu kita Nabi Muhammad Saw. Mengucapkan lebih baik dari pada meninggalkan. Ungkapan seperti ini banyak terdapat dalam mazhab Syafi`i. Bersandar pada pemahaman dalil-dalil yang bersifat umum, diantaranya dalam surat Al- A’raf: 157 yang artinya: ”Maka mereka yang beriman pada Nabi, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti Qur’an yang diturunkan kepadanya, mereka itulah yang beruntung mendapat kemenangan”. (Surat Al-A`raf : 157)
  2. Golongan Yang Melarang. Kata ”Sayyidina” sebelum nama Nabi Muhammad saw. dalam segala hal, baik shalawat atau tidak, adalah dilarang dan termasuk dalam perbuatan bid`ah, sebab Nabi Muhammad saw. melarang memanggilnya dengan kata ”sayyid”. Pendapat yang membid`ahkannya berdalil pada tidak adanya anjuran Rasulullah saw. dan hadits yang menyatakan setiap perbuatan yang belum ada contoh dari Nabi SAW adalah bid`ah dan setiap bid`ah adalah sesat. Serta redaksi hadits-hadits  tentang shalawat secara letter lux (harfiah) tidak ada memuat kata sayyidina. Misalnya pada contoh-contoh hadits berikut : 
  • No. Hadist: 5880. حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى قَالَ لَقِيَنِي كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ أَلَا أُهْدِي لَكَ هَدِيَّةً إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَيْنَا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ فَقُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ  Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Al Hakam dia berkata; saya mendengar Abdurrahman bin Abu Laila dia berkata; Ka'b bin 'Ujrah pernah menemuiku, lalu dia berkata; "Maukah kamu aku beri petunjuk? Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alahi wasallam pernah keluar menemui kami, lalu kami bertanya; "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam kepadamu, lalu bagaimanakah caranya bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: "Ucapkanlah; ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHALLAITA 'ALAA AALII IBRAAHIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK 'ALAA MUHAMMAD WA'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA 'ALAA 'AALI IBRAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia)." (H.R. Bukhari).
  • No. Hadist: 5881.  حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي حَازِمٍ وَالدَّرَاوَرْدِيُّ عَنْ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا السَّلَامُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَلِّي قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ  Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Hamzah telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hazim dan Ad Darawardi dari Yazid dari Abdullah bin Khabbab dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; kami bertanya; "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam kepadamu, lalu bagaimanakah kami bershalawat?" beliau menjawab: "Ucapkanlah; ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA MUHAMMAD 'ABDIKA WARASUULIKA KAMAA SHALLAITA 'ALAA IBRAAHIM WA BAARIK 'ALAA MUHAMMAD WA'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA 'ALAA IBRAHIIM WA 'ALAA AALI IBRAHIIMA (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad hamba dan utusan-Mu sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim, dan berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim, dan keluarga Ibrahim)." (H.R. Bukhari).
  • No. Hadist: 5882. حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ ابْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ كَانَ إِذَا أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَدَقَتِهِ قَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ فَأَتَاهُ أَبِي بِصَدَقَتِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى  Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Amru bin Murrah dari Ibnu Abu Aufa dia berkata; "Apabila seseorang menyerahkan sedekahnya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau mengucapkan: "ALLAHUMMA SHALLI 'ALAAIHI (Ya Allah, berikanlah kesejahteraan kepadanya)." Tidak lama kemudian, ayahku menyerahkan sedekah kepada beliau, lalu beliau bersabda: "ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA AALI ABI AUFA (Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada keluarga Abu Aufa)."(H.R. Bukhari).
  • Dll. Wallahu a'lam.

Sunat Menuliskan Shalawat Nabi Setiap Tercantum Namanya

Para ulama memandang sunat mengiringi dengan shalawat dan salam bagi Nabi, setiap namanya dituliskan. Hanya mengenai ini, tidak satupun diterima hadits yang dapat diambil sebagai alasan. Dan tersebutlah cerita dari Khatib al bagdadi, katanya:  'Saya lihat banyak tulisan tangan dari almarhum Imam Ahmad menuliskan Nabi saw. tanpa mencantumkan shalawat dan salam secara tertulis. Tetapi saya mendapat berita bahwa ia menucapkannya secara lisan."

Menggabungkan Ucapan Shalawat Dengan Salam

Berkata Nawawi: "Jika seseorang mengucapkan shalawat atas Nabi saw. hendaklah digabungkannya shalawat itu dengan salam. jadi jangan separoh-separoh. misalnya dengan hanya mengucapkan ' shallallahu 'alaihi' atau ' alaihis salam' saja!"

Mengucapkan Shalawat Bagi para Nabi

Disunatkan mengucapkan shalawat bagi para Nabi dan para Malaikat secara terpisah atau tersendiri. Adapun lain dari nabi-nabi, maka menurut kesepakatan ulama, boleh pula mengucapkan shalawat atas mereka jika membonceng kepada para Nabi itu.
Telah disebutkan dalam hadits terdahulu, hadits Nabi saw: "Ya Allah, berilah shalwat kepada Muhammad yang menjadi Nabi itu, begitupun kepada para isterinya ibu-ibu kaum Mukminin ... dan seterusnya." 
Dan jika diucapkan secara terpisah, maka hukumnya makruh. Jadi jangan sebut, misalnya: "Umar shallallahu 'alaihi wa sallam."

                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                          “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Semoga bermanfaat.
Sumber: Fikih Sunnah 4. Sayyid Saabiq, telah diedit.

sumber : www.jadipintar.com 

Arti, Keutamaan Dan Hikmah Ucapan Shalawat + Salam Buat Rasulullah SAW.

 بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Shalawat Nabi
Allahumma Shalli 'Ala Muhammad.
Shalawat adalah bentuk jamak dari kata shalla atau shalat yang berarti: doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah. Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan dan bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang dan bersih dari kekurangan dan dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi dan lebih sempurna

Redaksi Kalimah Shalawat

Ada beberapa riwayat shahih yang datang dari Rasulullah Saw. tentang tata cara bershalawat kepada beliau (lihat kitab Shifat Shalat an-Nabi karya asy-Syaikh al-Albani, hlm. 164—167). Di antaranya adalah:
  • Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 3370) dan Muslim (no. 406) dari Ka’b bin Ujrah r.a.. Ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar menuju kami lalu kami pun berkata, ‘Kami telah mengetahui cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?’ Beliau menjawab, “Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
  • Diriwayatkan juga oleh Muslim (no. 405) dari hadits Abu Mas’ud r.a.. Ia berkata, “Rasulullah saw. datang kepada kami dan kami bersama Sa’d bin ‘Ubadah. Lalu Basyir bin Sa’d berkata kepada beliau, ‘Allah Subhaanahu Wa Ta’ala memerintahkan kami bershalawat kepadamu, wahai Rasulullah. Lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?’ Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wasallam pun diam sehingga kami berangan-angan seandainya dia tidak menanyakannya. Lalu beliau bersabda, ‘Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Arti Shalawat Dan Salam Untuk Nabi

إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”(Q.S. Al-Ahzab: 56)
  • Berkata Bukhari: "Kata Abul 'Aliyah: Shalawat Allah terhadap Nabi, maksudnya ialah pujian dan sanjungan-Nya terhadapnya di depan Malaikat. Sedang shalawat dari Malaikat berarti doa mereka. 
  • Abu 'Isa Turmudzi: "Diriwayatkan dari Sufyan Tsauri dan beberapa orang ahli: Shalawat Allah itu berarti rahmat, sedang shalawat dari Malaikat berarti permohonan ampun."
  • Ibnu Kutseir: "Maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah swt. menyatakan kepada hamba-hamba-Nya kedudukan Nabi-Nya di lingkungan makhluk, cabang atas bahwa ia disanjung oleh Malaikat-Malaikat Muqarrabin dan dimohonkan keampunan oleh mereka, kemudian Allah menitahkan makhluk-makhluk di alam bawah agar juga mengucapkan shalawat dan salam buatnya, hingga dengan demikian akan bertumpuklah puji-pujian dari dua lingkungan sekaligus yakni alam tingkat atas dan alam tingkat bawah.

Hadits Keutamaan Mengucap Shalawat Dan Salam.

  1. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Amar bin Ash r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: "مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرً (Barangsiapa memberi shalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan mengucapkan shalawat kepadanya sepuluh kali)."
  2. Diriwayatkan oleh Turmudzi dari Ibnu Mas'ud r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Manusia yang lebih utama di sisiku ialah yang terbanyak mengucapkan salam kepadaku." (Menurut Turmudzi hadits ini hasan). Maksudnya dapat syafa'at daripadanya, dan kedudukannya lebih dekat kepada Nabi saw.
  3. Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan isnad yang sah dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw.bersabda: "
    Artinya: "Saya mendengar Nabi Saw. Bersabda janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan, dan janganlah kamu menjadikan kuburanku sebagai per-sidangan hari raya. Bershalawatlah kepadaku, karena shalawatmu sampai kepadaku dimana saja kamu berada." (HR. Al-Nasâ'i, Abû Dâud dan dishahihkan oleh Al-Nawâwî).
  4. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasa'i dari Aus r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya harimu yang paling utama ialah hari Jum'aat, maka perbanyaklah shalwat padaku di hari itu, karena ucapan shalawatmu itu akan dihadapkan kepadaku!" Tanya mereka: "Ya Rasulullah, betapa caranya shalawat kami dihadapkan kepada Anda, padahal jasad Anda telah hancur?" Ujar Nabi saw.: "Sesunggunya Allah telah melarang bumi buat menghancurkan jasad para Nabi."
  5. Dalam Sunan Abu Daud ada riwayat dari Abu Hurairah r.a. dengan isnad yang sah bahwa Rasulullah saw. bersabda: "مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِيَ حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ Setiap orang Islam memberi salam kepadaku, mak Allah akan mengembalikan roh kepada tubuhku, hingga aku dapat membalas salamnya itu."
  6. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Thalhah Anshari, katanya: " عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ اَبِىْ طَلْحَةَ: عَنْ اَبِيْهِ رَّضِىَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَذَاتَ يَوْمٍ، وَالْبُشْرٰى فِىْ وَجْهِهِ، فَقُلْنَا: اِنَّالَنَرَى الْبُشْرٰى فِىْ وَجْهِكَ، فَقَالَ: اِنَّهُ اَتَانِى الْمَلَكُ، فَقَالَ: يَامُحَمَّدُ، اَمَايُرْضِيْكَ اَنَّهُ لاَيُصَلِّى عَلَيْكَ اَحَدٌ اِلاَصَلَّيْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا، وَلاَ يُسَلِّمُ عَلَيْكَ اَحَدٌ، اِلاَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا  Pada suatu pagi Rasulullah saw. kelihatan merasa puas dan tanda-tanda kegembiraan terlukis pada wajahnya. Maka para sahabat berkata: 'Ya Rasulullah, pada hari ini Anda kelihatan senang sekali dan tampak kegembiraan pada wajah Anda'! Ujar Nabi: "Memang! Semalam ada yang datang kepadaku dari Tuhanku, katanya: 'Barangsiapa di antara umatmu memberi satu shalawat kepadamu, maka Allah akan mencatatkan baginya sepuluh kebaikan dan menghapus darinya sepuluh kejahatan serta meninggikan derajatnya sepuluh tingkat, dan menjawab shalawatnya itu pula'." (Menurut Ibnu Kutseir isnad hadits ini boleh diterima).
  7. Diterima dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: "من سره أن يكتالَ بالمكيالِ الأوفى إذا صلَّى علينا أهل البيت فليقل: اللهم صلِّ على محمدٍ النبيِّ الأمي وأزواجه أمهات المؤمنين وذريته وأهل بيته، كما صليت على آل إبراهيم؛ إنك حميدٌ مجيدٌ". Siapa yang suka timbngan kebaikannya mendapat ganjaran yang penuh - bila ia mengucapkan shalawat kepada kami Ahlu-bait - maka hendaklah diucapkannya: 'Allahumma shalli 'ala Muhammadinin Nabiyyi wa-azwajihi ummahatil mukminina wa dzurriyatihi wa-ahli baitihi kama shallaita 'ala ali Ibrahima innaka hamidum majid'.(Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad yang menjadi nabi  itu dan kepada isteri-isterinya, ibu-ibu kaum Mukminin, beegitupun kepada anak-cucu dan kaum keluarganya, sebagaimana telah Engkau berikan kepada keluarga Ibrahim, sungguh Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia)," (Riwayat Abu Daud dan Nasa'i).
  8. Diterima dari Ubai bin Ka'ab r.a., katanya: "Jika telah lewat dua pertiga malam, Rasulullah saw.pun bangun, lalu sabdanya: 'Hai manusia , dzikirlah kepada Allah , dzikirlah kepada Allah! Telah datang tiupan pertama - bunyi nafiri - diiringi tiupan kedua! Telah darang maut dengan segala bawaannya, telah datang maut dengan segala bawaannya'! Lalu saya tanyakan :' يا رسول الله إني أكثر الصلاة عليك فكم أجعل لك من صلاتي ؟ فقال ما شئت قال قلت الربع قال ما شئت فإن زدت فهو خير لك قلت النصف قال ما شئت فإن زدت فهو خير لك قال قلت فالثلثين قال ما شئت فإن زدت فهو خير لك قلت أجعل لك صلاتي كلها قال إذا تكفى همك ويغفر لك ذنبك (Ya Rasulullah, saya sering membaca shalawat bagi Anda. Maka berapa bagiankah saya pergunakan waktuku untuk shalawat itu ? Ujar Nabi: 'Berapa sukamu'! 'Bagaimana kalau seperempatnya'? Ujarnya: 'Berapa sukamu, jika lebih, maka lebih baik'! Tanyaku: 'Bagaimana kalau separonya'? Ujarnya: 'Jika kamu suka, tetapi bila kamu lebihi, maka lebih baik lagi'! 'Bagaimana kalu du pertiganya'? tanyaku pula. 'Terserah padamu dan jika kamu tambahkan, adalah lebih baik lagi'! Kataku akhirnya: 'Akan kugunakan seluruh waktuku yang tersedia itu buat membaca shalawat untuk Anda!" Kalau demikian', ujar Nabi pula, 'itu akan dapat menghilangkan kesusah dan dosamu akan diampuni karenanya')!" (Riwayat Turmudzi).
                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                          “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Semoga bermanfaat.
Sumber: Fikih Sunnah 4, Sayyid Saabiq, telah diedit untuk keselarasan.
sumber : www.jadipintar.com 

Ucapan Do'a Syukur dan Minta Husnul Khatimah Dalam Al-Quran Dan Hadits


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Doa syukur dan husnul khatimah
Khusu' Dalam Berdo'a.
Syukur berasal dari kata "syakara" yang berarti membuka sehingga ia lawan kata dari "kafara" yang berarti menutup atau melupakan nikmat Allah, dan menutup-nutupinya berarti tidak mensyukurinya. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat antara lain menggunakannya pada tempatnya serta sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik.
Syukur menuntut pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota tubuh. Kegiatan melakukannya -walaupun sekali- dilukiskan dengan kata "yasykur" dan bila hal itu sering dilakukan seseorang maka dia dinamai "syaakir" dan bila telah membudaya dan mendarah-daging dalam kepribadiannya maka dia dinamai "syakuur".

Adab Supaya Dikaruniai Husnul Khatimah

1. Sebaik-baik umur adalah umur yang panjang dan penuh dengan amal saleh. Dan seburuk-buruk umur menurut Allah adalah yang panjang umurnya tetapi diisi dengan dosa dan maksiyat kepada Allah.
2. Keadaan di akhir hayat seseorang bergantung kepada amalan sehari-hari. Oleh karena itu, isilah hari-hari kita dengan selalu meningkatkan iman dan amal saleh.
3. Selain berusaha untuk selalu meningkatkan ibadah fardhu dan sunnat, maka perlu memperbanyak amalan ihsan, yaitu amalan yang memberi kebaikan kepada orang banyak, baik berupa ajakan untuk kembali kepada Allah (dakwah ilallaah), menyebarkan ilmu, menyebarkan kasih sayang, menyebarkan amal saleh, dan selalu tawa shaubil wa tawaa shaubish-shabr.
4. Tidak meminta mati kacuali karena telah terjadi fitnah yang mengancam keselamatan diri dan agamanya.
5. Jangan sekali-kali berfikir untuk mengakhiri hidup dengan jalan pintas karena adanya tekanan hidup yang berat. Orang yang mengakhiri hidupnya dengan jalan pintas (bunuh diri) tidak akan diterima amalnya dan dipastikan dia akan masuk neraka.
6. Ajal adalah sebuah misteri, merupakan rahasia Allah. Bisa datang secepat kilat, tetapi bisa tidak datang-datang walaupun telah dinanti-nantikan setiap saat. Namun jika ajal telah datang, tidak bisa ditunda atau dimajukan walaupun sedetik.
7. Mendawamkan doa untuk dijadikan orang yang husnul-khatimah pada setiap akhir shalat fardhu.
8. Selalu menumbuhkan perasaan khauf dan rajaa (takut dan harap), yaitu takut akan tidak diampuninya dosa-dosanya dan berharap bahwa Allah itu Maha Rahman dan Rahim yang akan selalu memberikan rahmat kepada orang-orang yang dikehendakinya.
9. Ketika sudah ada tanda-tanda kan dipanggil oleh Allah, perbanyaklah membaca kalimat thayyibah, karena siapa yang ucapan terakhirnya adalah Laa Ilaaha illallah orang itu dijamin masuk sorga.

Do'a Syukur Yang Berasal Dari Al-Qur'an dan Hadits

  1. Doa syukur Nabi Ibrahim ‘alaihis shalatu was salam, setelah doanya memohon keturunan yang shaleh dikabulkan oleh Allah,الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tuaku: Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa.(QS. Ibrahim: 39).
  2. Doa Nabi Sulaiman ‘alaihis shalatu was salam, ketika beliau mendengar obrolan semut, beliau memohon agar selalu diarahkan untuk menjadi hamba yang bersyukur, رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ Artinya: Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (QS. An-Naml: 19).
  3. Allah juga mengajarkan kepada kita doa syukur dalam Al-Quran, وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Al-Ahqaf: 15).
  4. Syukur setelah bangun tidur: الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkanku setelah Dia mematikan aku, dan hanya kepadanya kebangkitan makhluk.” (HR. Bukhari dan Muslim
  5. Syukur ketika mengenakan pakaian: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَسَانِي هَذَا الثَّوْبَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي، وَلَا قُوَّةٍ  Segala puji bagi Allah yang telah memberi aku pakaian ini, dan menjadikannya sebagai rizki tanpa daya dan kekuatan dariku. (HR. Abu Daud dan dihasankan Al-Albani). Dalam lanjutan hadis dinyatakan, “Siapa yang membaca doa ini maka akan diampuni dosanya yang telah lewat.” 
  6. Syukur seusai makan:الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ، وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ Segala puji bagi Allah yang telah memberi aku makanan ini, dan menjadikannya sebagai rizki tanpa daya dan kekuatan dariku. (HR. Abu Daud dan dihasankan Al-Albani) Dalam lanjutan hadis dinyatakan, “Siapa yang membaca doa ini maka akan diampuni dosanya yang telah lewat.” 
  7. Bacaan Syukur ketika mendengar sesuatu yang menggembirakan: Bacaan syukur ini, bisa anda lantunkan dalam setiap keadaan ketika anda mendengar kabar gembira atau mendapatkan sesuatu yang menggembirakan الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ Segala puji bagi Allah, dimana dengan nikmatnya kebaikan menjadi sempurna.Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat sesuatu yang beliau sukai, beliau membaca kalimat di atas.” (HR. Ibn Majah dan dihasankan Al-Albani).
  8. Doa Syukur Pagi dan Sore: Doa syukur ini dianjurkan untuk dibaca setiap pagi (setelah subuh sampai terbit matahari) dan sore.اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ، وَلَكَ الشُّكْرُ ALLAHUMMA MAA ASHBAHA BII MIN NI’MATIN WA MIN-KA WAHDAK LAA SYARIIKA LAK, FA LAKAL HAMDU WA LAKAS-SYUKRU. Ya Allah! Nikmat yang kuterima atau yang diterima oleh seseorang di antara makhlukMu di pagi ini, semuanya adalah dariMu semata, tiada sekutu bagi-Mu. Karena itu, hanya bagiMu segala puji dan hanya kepadaMu rasa syukur (dari seluruh makhluk-Mu). Keutamaan:Disebutkan dalam hadis dari Abdullah bin Ghannam Al Bayadli radliallahu ‘anhu, bahwa orang yang di pagi hari membaca: Allahumma maa ash-baha bii min ni’matin…berarti dia telah memanjatkan syukurnya pada hari tersebut. (HR. Abu Daud & Ibn Sunni dan sanadnya dihasankan Syaikh Ibn Baz dalam Tuhfatul Ahyar)

Do'a Mohon Husnul Khatimah Dalam Al-Qur'an dan Hadits

  1. هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ  Hablii hukmaw wa al hiqniy bish shoolihiin Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh” (Q.S. Asy-Sy’araa: 83).
  2. اللهم اجعل خير عمري أخره و خير عملي خواتيمه و خير أيامي يوم لقائك   Allaahummaj’al khayra ‘umrii aakhirahu wa khayra ‘amalii khawaatiimahu wa khayra ayyaamii yawma lliqaa’ika. “Ya Allah jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan (jadikanlah) sebaik-baik hariku yaitu hari ketika aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat)” (H.R. Ibnus Sunny).
  3. اللهم اختم لنا بحسـن الخاتمة ولا تختم علينا بسـوء الخاتمة  Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan husnul-khatimah (akhir yang baik), dan jangan Kau akhiri hidup kami dengan suu-ul-khatimah (akhir yang buruk)”

Kisah Nabi Yusuf 

doa nabi yusuf
Doa Nabi Yusuf . Syukur dan Husnul Khatimah.

Adh-Dhahak: Tatkala nikmat Allah kepada yusuf telah sempurna :
  • Dengan berkumpulnya kembali bersama ibu-bapak dan saudara-saudaranya.
  • DiberikanNya karunia kerajaan dan kenabian, maka Yusuf berdo'a agar tetap diberi nikmat di akhirat dan diwafatkan dalam keadaan muslim dan digabungkan ke dalam kelompok orang yang shalih.
Ada yang berpendapat bahwa DO'A ini dipanjatkan Yusuf di saat menghadapi sakaratul maut sebagaimana Rasulullahpun mengangkat telunjuknya ketika akan meninggal dunia sambil berdo'a: "Allaahumma firrofiiqi al-a'la" (Ya Allah, letakanlah akau di tempat yang tertinggi). Beliau mengulanginya sebanyak 3x (HR. Bukhari dan Muslim; diriwayatkan oleh A'isyah r.a.)
                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                          “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Semoga bermanfaat.
Sumber: 1001 Tanya-Jawab Tentang Al-Qur'an, Qasim Asyura
sumber : www.jadipintar.com