Tips Mengusir Rasa Kantuk dan Lelah di Tempat Kerja

Olahraga secara  teratur adalah cara alami untuk mencegah kantuk saat bekerja.

Kurangnya kadar oksigen di dalam otak, rendahnya kadar gula darah, dan dehidrasi adalah beberapa penyebab datangnya rasa kantuk dan lelah. Dengan menyiasati kondisi tersebut, manfaatnya dapat membuat Anda tetap segar dan lancar bekerja sepanjang hari.


Tidak hanya mengonsumsi kopi, ada banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk mengusir rasa kantuk dan lelah di tempat kerja.

Bergerak di sela-sela jam kerja

Berjalan kaki dan melakukan gerak tubuh membuat oksigen terpompa ke otak dan otot. Melakukan aktivitas seperti ini selama lima menit saja dapat membuat Anda terjaga hingga satu jam setelahnya. Luangkan waktu untuk berjalan kaki keluar ruangan, menuruni tangga ke lobi, atau beribadah ke mushola.
Berikut ini adalah beberapa hal sederhana yang dapat dicoba untuk memastikan tubuh Anda tetap aktif bergerak di kantor.

Sempatkan berjalan

Cari kesempatan untuk berdiri dan melangkahkan kaki di sela jam kerja, seperti berjalan keluar saat beristirahat lima menit. Selain itu, daripada mengirim pesan singkat lewat internet, lebih baik Anda mendatangi meja rekan kerja untuk berdiskusi.

Rapat di luar kantor

Jika memungkinkan, 

Olah tubuh di sela-sela jam kerja

Luangkan lima menit dari waktu istirahat makan siang untuk melakukan peregangan seperti berikut ini.
  • Membungkuklah dengan kaki tetap lurus dan biarkan tangan menyentuh ujung jari kaki. Tahan hingga 5-10 detik. Ulangi beberapa kali.
  • Berdiri menghadap suatu sudut ruangan. Rentangkan tangan setinggi bahu, tempatkan lengan depan, siku, dan telapak tangan pada dinding. Lengkungkan tubuh bagian atas ke dalam. Tahan hingga 10 detik. Ulangi sebanyak 5-10 kali untuk meregangkan otot dada. Anda juga dapat menurunkan dan meninggikan posisi lengan untuk melatih otot yang berbeda.
  • Dengan posisi duduk, letakkan kedua tangan di pinggul dan rapatkan kedua kaki. Busungkan dada tanpa mengubah pandangan mata atau posisi kepala Anda. Kemudian rasakan penegangan pada dada saat Anda menarik tulang bahu ke belakang secara bersamaan. Upayakan untuk menahan penegangan ini selama 10 detik. Setelah itu coba lemaskan tubuh Anda sesaat. Ulangi 10 kali gerakan yang sama.
Mengatur pernapasan
Rasa kantuk dapat hilang jika kadar oksigen pada otak telah tercukupi. Sebenarnya kondisi ini dapat diperoleh dengan mengatur pernapasan. Anda dapat melakukan latihan pernapasan dengan tetap duduk di meja kerja. Cobalah tarik napas dalam-dalam melalui hidung, hingga perut dan tulang rusuk di kanan-kiri mengembang, tapi dada tidak bergerak. Tahan sejenak, lalu hembuskan napas melalui mulut.
Mengonsumsi camilan yang sehat
Kadar gula darah yang rendah dapat menyebabkan tubuh terasa lemas. Pada kondisi ini, makanan ringan dapat bermanfaat meningkatkan energi. Anda dapat mengonsumsi pilihan camilan sehat, seperti:
  • Buah potong, seperti semangka, melon, jeruk.
  • Kacang-kacangan.
  • Biskuit dengan gandum utuh.
Mengonsumsi kopi atau minuman berkafein juga dapat membuat Anda bersemangat dan terus terjaga hingga tengah hari. Kuncinya adalah jangan berlebihan dan hindari konsumsinya di sore hari agar Anda tidak sulit tidur di malam harinya.
Namun Anda sebaiknya menghindari beberapa jenis makanan dan minuman tertentu karena justru dapat makin mendatangkan rasa kantuk, yaitu:
  • Makanan dan minuman ringan dengan kadar gula tinggi. Gula memang dapat membuat rasa kantuk seketika hilang, tapi efek tersebut hanya terasa sebentar karena beberapa waktu kemudian Anda justru akan merasa lebih mengantuk.
  • Makanan berlemak tinggi.
Pastikan Anda mengonsumsi cukup air atau makanan yang mengandung kadar cairan tinggi. Dehidrasi dapat menyebabkan munculnya rasa kantuk dan lelah.
Tidur siang
Jika rasa kantuk sudah tidak tertahankan, luangkan 10-20 menit dari waktu istirahat untuk tidur siang. Jika tidak dapat tidur, memejamkan mata sambil tengkurap di meja kerja selama 10 menit juga dapat menyegarkan otak.
Jeda untuk mata
Mata dan pikiran yang lelah bisa disebabkan oleh aktivitas sama yang dilakukan tanpa variasi, seperti terus-menerus menatap layar komputer. Alihkan mata dan perhatian Anda sesekali ke hal lain seperti bicara pada rekan kerja atau membaca koran sebentar.

Mencegah Datangnya Rasa Kantuk dan Lelah

Banyak orang mengira bahwa olahraga membuat tubuh lelah. Padahal menurut penelitian, olahraga secara teratur justru menjadi cara alami untuk meningkatkan energi dan membuat Anda tetap terjaga sepanjang hari. Berikut ini adalah anjuran yang dapat diikuti.

Ubah cara berangkat ke kantor dan pulang ke rumah

Menggunakan kendaraan umum pada saat bepergian jelas akan lebih menuntut kita untuk berjalan dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Usahakan untuk menggunakan fasilitas kendaraan umum dalam bepergian sehari-hari terutama jika Anda sulit menyediakan waktu untuk berolahraga ke gym. Jika Anda mengendarai kendaraan bermotor atau mobil, parkirlah kendaraan pada jarak yang sedikit jauh agar Anda dapat berjalan kaki ke lokasi kantor. Begitu pula jika Anda bepergian dengan kendaraan umum, turunlah beberapa jauh dari kantor Anda. Begitu tiba di kantor, daripada naik lift, cobalah gunakan tangga untuk mencapai lantai atas.

Bergabung di pusat kebugaran

Ajak teman-teman kantor untuk bergabung di pusat kebugaran agar dapat berolahraga bersama-sama. Selain menyenangkan, kondisi ini akan membuat Anda dan rekan kerja dapat saling mengingatkan diri untuk teratur berolahraga dan pada akhirnya bisa mencegah rasa kantuk di kantor.

MAIYAH-Surat Nikah Kebangsaan oleh Cak Nun

Aku tidak mau “mupus”: menganggap tak ada sesuatu yang sebenarnya masih mengendap di dasar jiwa. Pura-pura tidak melihat ada sekam di ruang gelap batin bangsaku. Yang sewaktu- waktu akan menyala jadi api, meskipun hari ini sedang seakan-akan mereda.
Maka aku terus bertengkar melawan tiga aku-ku. Biarlah aku berempat menjadi kubangan api, untuk turut bersedekah menyerap bara api dari jiwa gelisah bangsaku.
Pada 17 Ramadlan tahun-2 Hijriyah, Kanjeng Nabi melansir terminologi yang luar biasa: “Kita baru menyelesaikan perang kecil, dan sekarang kita masuki perang besar”. Padahal Perang Badar yang barusan usai, sedemikian dahsyat. Suatu pertempuran di mana Allah “melanggar” segala Ilmu Militer manusia dan “mengejek” semua logika peperangan.
Sedangkan aku yang hanya berempat, tak pernah selesai bertengkar memperebutkan siapa di antara kami yang “aku nafsu”, siapa “aku iman”. Yang mana “aku kegelapan” dan “aku tercerahkan”. Bagaimana mempetakan aku-benar aku-salah aku-baik aku-buruk aku-pecinta aku-pembenci, juga aku-mengAllah aku-memberhala.
Bisa dibayangkan semrawutnya ribuan “aku” dalam atlas Bhinneka Tunggal Ika: tuding menudingnya pasti jauh lebih gaduh. Sekam-sekam permusuhan, kebencian dan rasa tidak aman, tak pernah benar-benar padam. Bahkan senyatanya: “perang besar melawan nafsu” itulah sejatinya pilar bangunan Bangsa dan Negaraku.
313 prajurit Badar, dengan kualitas personil yang tidak memadai secara militer, dan peralatan perang yang sangat minimal, menang melawan 1.200 pasukan Sekutu, dengan rumus yang tidak pernah disebut oleh Buku Perang zaman apapun. Yakni “Innama tunshoruna wa turhamuna wa turzaquna bidlu’afaikum”: Kalian dilimpahi pertolongan, kemenangan dan rizki oleh Allah, karena kalian maju perang demi membela rakyat yang dilemahkan.
Muhammad Saw “nekad” menjanjikan rumus itu ketika berpidato di depan pasukan Badar sebelum pertempuran. Beliau tahu itu irrasional bagi logika manusia dan kehidupan di dunia. Maka kepada Allah beliau menyampaikan pernyataan: “In lam takun ‘alayya Ghodlobun fala ubali”: Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, wahai Kekasih, hamba tak peduli pada nasib hamba di dunia. Hamba ikhlas kalah, hancur dan mati — “asalkan Kekasih tidak marah kepadaku”.
Dan ternyata dimensi hubungan cinta dengan “harga mati” semacam itu yang membuat Sang Kekasih melimpahkan kemenangan.
Tetapi, di antara aku berempat ini: yang mana yang dilimpahi kemenangan, dan yang mana yang dimurkai?
Aku berkata kepadaku: “Aku justru sangat tahu bahwa sebenarnya tak ada masalah dengan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Islam, Khilafah, Pluralitas, Toleransi dan semuanya. Itu semua hanya diperalat untuk proses adu-domba demi mencapai kepentingan suatu golongan. Sejarah Bangsa Indonesia dikacau dan dirusak oleh suatu golongan”
Aku yang di antara khalayak menyodok: “Tapi beberapa kali Sampeyan menulis sangat serius hal-hal yang menyangkut Pancasila, sehingga kami mendapat kesan bahwa Sampeyan terseret oleh rekayasa isyu yang menyebarkan anggapan bahwa ada masalah dengan Pancasila. Padahal sudah 72 tahun Pancasila hidup baik-baik saja”
Seolah-olah ada ancaman serius terhadap Pancasila kesepakatan kebangsaan dan kenegaraan kita”, aku yang di depanku menambahkan, “sehingga di sana sini diselenggarakan peneguhan kembali tekad terhadap lestarinya Pancasila. Dan yang dianggap ancaman itu adalah Islam”
Aku yang di depan menambahi, “Bahkan Sampeyan sedang menyiapkan seri-seri panjang tulisan tentang Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, hubungannya dengan Agama, Islam, Khilafah, Jawa….”
Aku mempertahankan diri: “Lho aku kenal Pancasila sejak mulai mengenal huruf di masa kanak- kanak. Dan secara alamiah aku terus bersabar menjalani proses untuk mematangkan Pancasila kehidupanku. Karena Pancasila adalah Surat Nikah Kebangsaan yang aku berada dan terikat di dalamnya, meskipun hanya sebagai rakyat kecil”
Tetapi aku-aku itu terus membombardir: “Tulisan-tulisan Sampeyan sengaja atau tak sengaja membuat yang membacanya merasa di bawah sadarnya bahwa bangsa kita sedang mempertengkarkan Pancasila. Bangsa Indonesia dan Ummat Islam tiba-tiba bergerak menuju anggapan dan kepercayaan bahwa Pancasila alamatnya di sini, sementara Islam alamatnya di sana. Bahwa Kaum Muslimin adalah ancaman bagi Bhinneka Tunggal Ika….”
Karena mereka tak henti-hentinya menyerbu, akupun balik menerjang mereka dengan tiba-tiba bersuara keras, mengaji murottal membacakan Surat At-Tin: “Demi pohon Tin, demi pohon Zaitun, demi Gunung Sinai dan demi Negeri gemah ripah loh jinawi….
“Apa itu!”, aku yang di khalayak meneriakiku.
Tin adalah pohon yang tumbuh di wilayah Budha Gautama memproses pencarian hidupnya. Zaitun adalah perkebunan di perkampungan Isa Yesus. Bukit Sinin, Tursina, padang Sinai, adalah arena pergolakan dan perjuangan Musa. AlBalad al-Amin adalah gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo dalam pengayoman Muhammad saw di Madinah. Hanya karena keseriusan konsep dan hidayah tertentu Allah bersumpah atas empat hal sekaligus. Peradaban Abad-21 sekarang ini sedang berjalan lamban menuju awal kesadaran Tin. Perhatikan kegelisahan hati ummat manusia di Eropa dan Amerika”.


https://www.caknun.com/2017/surat-nikah-kebangsaan/

Amalkan Surat Yasin dan Artinya



1.  يسٓ
Yaa Siin

2. وَٱلْقُرْءَانِ ٱلْحَكِيمِ
Wal Qur’anil hakiim (Demi Al Qur’an yang penuh hikmah)

3. إِنَّكَ لَمِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ
Innaka laminal mursaliin (sesungguhnya kamu salah seorang dari Rasul-rasul)

4. عَلَىٰ صِرَ‌ٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ
Ala siratim mustaqim (yang berada, di atas jalan yang lurus)

5. تَنزِيلَ ٱلْعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِ
Tanzilal ‘azizir rahim (sebagai wahyu, yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Penyayang,)

6. لِتُنذِرَ قَوْمًۭا مَّآ أُنذِرَ ءَابَآؤُهُمْ فَهُمْ غَـٰفِلُونَ
Li tunzira qaumam ma unzira aba-uhum fa hum gafilun (agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak 
mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.)

7. لَقَدْ حَقَّ ٱلْقَوْلُ عَلَىٰٓ أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ 
Laqad haqqal qaulu ala aksarihim fa hum yu’minum (Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.)

8. إِنَّا جَعَلْنَا فِىٓ أَعْنَـٰقِهِمْ أَغْلَـٰلًۭا فَهِىَ إِلَى ٱلْأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ 
Inna Ja’alna fi a naqihm aglalan fa hiya ilal azqani fa hum muqmahum (Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tengadah)

9. وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّۭا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّۭا فَأَغْشَيْنَـٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
Wa ja ‘alna mim baini aidihim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaina hum fa hum yubsiruun (Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat)

10. وَسَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Wa sawa’un alaihim a anzartahum am lam tunzirhum la yu’minun (Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.)

11. إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلذِّكْرَ وَخَشِىَ ٱلرَّحْمَـٰنَ بِٱلْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍۢ وَأَجْرٍۢ كَرِيمٍ
Innama tunziru maittaba az zikra wa khasyiyar-rahmana bil-ghaib, fa basysyirhu bi magfiratiw wa ajrin kariim (Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.)

12. إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا۟ وَءَاثَـٰرَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنَـٰهُ فِىٓ إِمَامٍۢ مُّبِينٍۢ
Inna nahnu nuhyil-mauta wa naktubu ma qaddamu wa asarahum, wa kulla syai’in ahsainahu fi imamim mubin (Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).

13. وَٱضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا أَصْحَـٰبَ ٱلْقَرْيَةِ إِذْ جَآءَهَا ٱلْمُرْسَلُونَ
Wadrib lahum masalan ashabal-qaryah iz ja’ahal-mursaluun (Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka;)

14. إِذْ أَرْسَلْنَآ إِلَيْهِمُ ٱثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍۢ فَقَالُوٓا۟ إِنَّآ إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ
Iz arsalna ilaihimusnaini fa kazzabu huma fa ‘azzazna bi salisin fa qalu inna ilaikum mursalun ((yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata:” Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang-xx diutus kepadamu “)

15. قَالُوا۟ مَآ أَنتُمْ إِلَّا بَشَرٌۭ مِّثْلُنَا وَمَآ أَنزَلَ ٱلرَّحْمَـٰنُ مِن شَىْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ
Qalu ma antum illa basyarum misluna wa ma anzalar-rahmanu min sayi’in in antum illa takzibun (Mereka menjawab:” Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka “.)

16. قَالُوا۟ رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّآ إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ
Qalu rabbuna ya’lamu inna ilaikum la mursalun (Mereka berkata:” Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu.)

17. وَمَا عَلَيْنَآ إِلَّا ٱلْبَلَـٰغُ ٱلْمُبِينُ
Wa ma ‘alaina illal-balagul-mubin (Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas “)

18. قَالُوٓا۟ إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا۟ لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌۭ
Qalu inna tatayyarna bikum la’il lam tantahu lanarjumannakum wa layamas sannakum minna azabun alim (Mereka menjawab:” Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami “.)

19. قَالُوا۟ طَـٰٓئِرُكُم مَّعَكُمْ ۚ أَئِن ذُكِّرْتُم ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌۭ مُّسْرِفُونَ
Qalu ta’irukum ma’akum, a in zukkirtum, bal antum qaumum musrifun (Utusan-utusan itu berkata:” Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas “)

20. وَجَآءَ مِنْ أَقْصَا ٱلْمَدِينَةِ رَجُلٌۭ يَسْعَىٰ قَالَ يَـٰقَوْمِ ٱتَّبِعُوا۟ ٱلْمُرْسَلِينَ
Wa ja’a min aqsal-madinati rajuluy yas a qala ya qaumittabi’ul mursalin (Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata:” Wahai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu,)

21. ٱتَّبِعُوا۟ مَن لَّا يَسْـَٔلُكُمْ أَجْرًۭا وَهُم مُّهْتَدُونَ
Ittabi’u ma la yas’alukum ajraw wa hum muhtadun (ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.)

22. وَمَا لِىَ لَآ أَعْبُدُ ٱلَّذِى فَطَرَنِى وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Wa ma liya la a budul-lazi fatarani wa ilaihi turja’un (Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakan dan yang hanya kepada-Nya kamu (semua) akan dikembalikan?)

23. ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةً إِن يُرِدْنِ ٱلرَّحْمَـٰنُ بِضُرٍّۢ لَّا تُغْنِ عَنِّى شَفَـٰعَتُهُمْ شَيْـًۭٔا وَلَا يُنقِذُونِ
A attakhizu min dunihi alihatan iy yurudnir-rahmanu bi durril la tugni ‘anni syafa atuhum syai’aw wa la yunqizun (Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?)

24. إِنِّىٓ إِذًۭا لَّفِى ضَلَـٰلٍۢ مُّبِينٍ
Inni izal lafi dalalim mubin (Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.)

25. إِنِّىٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمْ فَٱسْمَعُونِ
Inni amantu bi rabbikum fasma’un (Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku.)

26. قِيلَ ٱدْخُلِ ٱلْجَنَّةَ ۖ قَالَ يَـٰلَيْتَ قَوْمِى يَعْلَمُونَ
Qiladkhulil-jannah, qala ya laita qaumi ya’lamun (Dikatakan (kepadanya): “Masuklah ke surga”. Ia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,)

27. بِمَا غَفَرَ لِى رَبِّى وَجَعَلَنِى مِنَ ٱلْمُكْرَمِينَ
Bima gafarali rabbi wa ja’alni minal mukramin (apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”.)

28. وَمَآ أَنزَلْنَا عَلَىٰ قَوْمِهِۦ مِنۢ بَعْدِهِۦ مِن جُندٍۢ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا كُنَّا مُنزِلِينَ
Wa ma anzalna ‘ala qaumihi min ba’dhi min jundim minas-sama’I wa ma kunna munzilin (Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya.)

29. إِن كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةًۭ وَ‌ٰحِدَةًۭ فَإِذَا هُمْ خَـٰمِدُونَ 
In kanat illa saihataw wahidatan fa iza hum khamidun (Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.)

30. يَـٰحَسْرَةً عَلَى ٱلْعِبَادِ ۚ مَا يَأْتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ
Ya hasratan alal-ibad ma yatihim mir rasulin illa kanu bihi yastahzi’un (Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.)

31. أَلَمْ يَرَوْا۟ كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّنَ ٱلْقُرُونِ أَنَّهُمْ إِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُونَ
A lam yarau kam ahlakna qablahum minal-quruni annahum ilaihim la yarji’un (Tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwasanya orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka.)

32. وَإِن كُلٌّۭ لَّمَّا جَمِيعٌۭ لَّدَيْنَا مُحْضَرُونَ
Wa in kullul lamma jami’ul ladaina muhdarun (Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami.)

33. وَءَايَةٌۭ لَّهُمُ ٱلْأَرْضُ ٱلْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَـٰهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّۭا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ
Wa ayatul lahumul-ardul-maitatu, ahyai-naha wa akhrajna habban fa minhu ya’kulun (Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.)

34. وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّـٰتٍۢ مِّن نَّخِيلٍۢ وَأَعْنَـٰبٍۢ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ ٱلْعُيُونِ
Wa ja’alna fiha jannatim min nakhiliw wa a’nabiw wa fajjarna fiha minal’uyun (Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,)

35. لِيَأْكُلُوا۟ مِن ثَمَرِهِۦ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ ۖ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
Li ya’kulu min samarihi wa ma ‘amilathu aidihim, a fala yaskurun (supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?)

36. سُبْحَـٰنَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْأَزْوَ‌ٰجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
Subhanal-lazi khalaqal-azwaja kullaha mimma tumbitul-ardu wa min anfusihim wa mimma la ya’lamun (Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.)

37. وَءَايَةٌۭ لَّهُمُ ٱلَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ ٱلنَّهَارَ فَإِذَا هُم مُّظْلِمُونَ
Wa ayatul lahumul-lailu naslaku minhun-nahara fa iza hum muzlimun (Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan,)

38. وَٱلشَّمْسُ تَجْرِى لِمُسْتَقَرٍّۢ لَّهَا ۚ ذَ‌ٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ
Wasy-sayamsu tajri limustaqarril laha, zalika taqdirul azizil-‘alim (dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.)

39. وَٱلْقَمَرَ قَدَّرْنَـٰهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَٱلْعُرْجُونِ ٱلْقَدِيمِ
Wal-qamara qaddarnahu manazila hatta ‘ada kal-urjunil-qadim (Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.)


40. لَا ٱلشَّمْسُ يَنۢبَغِى لَهَآ أَن تُدْرِكَ ٱلْقَمَرَ وَلَا ٱلَّيْلُ سَابِقُ ٱلنَّهَارِ ۚ وَكُلٌّۭ فِى فَلَكٍۢ يَسْبَحُونَ
Lasy-syamsu yambagi laha an tudrikal qamara wa lal-lailu sabiqun-nahar, wa kullun fi falakiy yasbahun (Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.)

41. وَءَايَةٌۭ لَّهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى ٱلْفُلْكِ ٱلْمَشْحُونِ
Wa ayatul lahum anna hamalna zur-riyyatahum fil-fulkil-masyhun (Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan,)

42. وَخَلَقْنَا لَهُم مِّن مِّثْلِهِۦ مَا يَرْكَبُونَ
Wa khalaqna lahum mim mislihi ma yarkabun (dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti seperti bahtera itu.)

43. وَإِن نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنقَذُونَ
Wa in nasya nugrighum fa la sarikha lahum wa la hum yunqazun (Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.)

44. إِلَّا رَحْمَةًۭ مِّنَّا وَمَتَـٰعًا إِلَىٰ حِينٍۢ
Illa rahmatam minna wa mata-an ilai-hin (Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.)

45. وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّقُوا۟ مَا بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Wa iza qilla lahumuttaqu ma baina aidikum wa ma khalfakum la’alakum turhamun ((Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang supaya kamu mendapat rahmat”, (niscaya mereka berpaling).)

46. وَمَا تَأْتِيهِم مِّنْ ءَايَةٍۢ مِّنْ ءَايَـٰتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوا۟ عَنْهَا مُعْرِضِينَ
Wa ma ta’tihim min ayatim min ayati rabbihim illa kanu ‘anha mu’ridin (Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.)

47. وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ قَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنُطْعِمُ مَن لَّوْ يَشَآءُ ٱللَّهُ أَطْعَمَهُۥٓ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا فِى ضَلَـٰلٍۢ مُّبِينٍۢ
Wa iza qila lahum anfiqu mimma razaqakumullahu qalal-lazina kafaru lil’lazina amanu anut’imu mal lau ya-sya’ullahu at’amah, in an tum illa fi dalalim mubin (Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Nafkahkanlah sebahagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu”, maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: “Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata”.)

48. وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَـٰذَا ٱلْوَعْدُ إِن كُنتُمْ صَـٰدِقِينَ
Way a quluna mata hazal-wa’du in kuntum sadikin (Dan mereka berkata: “Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?”)

49. مَا يَنظُرُونَ إِلَّا صَيْحَةًۭ وَ‌ٰحِدَةًۭ تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ 

Ma yanzuruna illa saihataw wa hidatan ta’khuzuhum wa hum yakhissimun (Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.)

50. فَلَا يَسْتَطِيعُونَ تَوْصِيَةًۭ وَلَآ إِلَىٰٓ أَهْلِهِمْ يَرْجِعُونَ
Fa la yastati’una tausiyataw wa la ila ahlihim yarji’un (Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.)

51. وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ ٱلْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنسِلُونَ
Wa nufikha fis’suri fa iza hum minal-ajdasi ila rabbihim yansilun (Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.)

52. قَالُوا۟ يَـٰوَيْلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا ۜ ۗ هَـٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحْمَـٰنُ وَصَدَقَ ٱلْمُرْسَلُونَ
Qalu ya wailana mam ba’asana mim marqadina, haza ma wa’adar-rahmanu wa sadaqal-mursaluun (Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami? Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya).

53. إِن كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةًۭ وَ‌ٰحِدَةًۭ فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌۭ لَّدَيْنَا مُحْضَرُونَ
In kanat illa saihataw wahidatan fa iza hum jami’ul ladaina muhdarun (Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami.)

54. فَٱلْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌۭ شَيْـًۭٔا وَلَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Fal-yauma la tzlamu nafsun syai’aw wa la tujzauna illa ma kuntum ta’malun (Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.)

55. إِنَّ أَصْحَـٰبَ ٱلْجَنَّةِ ٱلْيَوْمَ فِى شُغُلٍۢ فَـٰكِهُونَ
Inna ashabal-jannatil-yauma fi syugulin fakihun (Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)

56. هُمْ وَأَزْوَ‌ٰجُهُمْ فِى ظِلَـٰلٍ عَلَى ٱلْأَرَآئِكِ مُتَّكِـُٔونَ
Hum wa azwajuhum fi zilalil ‘ala ara’iki muttaki’un (Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.)

57. لَهُمْ فِيهَا فَـٰكِهَةٌۭ وَلَهُم مَّا يَدَّعُونَ
Lahum fiha fakihatuw wa lahum ma’yadda’un (Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta.)

58. سَلَـٰمٌۭ قَوْلًۭا مِّن رَّبٍّۢ رَّحِيمٍۢ
Salaamun Qaulam mir rabbir rahiim ((Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.)

59. وَٱمْتَـٰزُوا۟ ٱلْيَوْمَ أَيُّهَا ٱلْمُجْرِمُونَ
Wamtazul-yauma ayyuhal-mujrimun (Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat.)

60. أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا۟ ٱلشَّيْطَـٰنَ ۖ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّۭ مُّبِينٌۭ
Alam a’had ilaikum ya’ bani adama al la ta’budusy-syaitan, innahu lakum aduwwun mubin (Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaithan? Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”,)

61. وَأَنِ ٱعْبُدُونِى ۚ هَـٰذَا صِرَ‌ٰطٌۭ مُّسْتَقِيمٌۭ
Wa ani’buduni. Haza siratum mustaqim (dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.)

62. وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنكُمْ جِبِلًّۭا كَثِيرًا ۖ أَفَلَمْ تَكُونُوا۟ تَعْقِلُونَ
Wa laqad adalla minkum jibilan kasira, a fa lam takunu ta’qiluun (Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan?)

63. هَـٰذِهِۦ جَهَنَّمُ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ 
Hazihi jahannamul-lati kuntum tu’adun (Inilah Jahannam yang dahulu kamu di ancam (dengannya).)

64. ٱصْلَوْهَا ٱلْيَوْمَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ
Islauhal-yauma bima kuntum takfurun (Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya.)

65. ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَ‌ٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Al-yauma nakhtimu ‘ala afwahihim wa tukallimuna aidihim wa tasyhadu arjuluhum bima kanu-yaksibun (Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.)

66. وَلَوْ نَشَآءُ لَطَمَسْنَا عَلَىٰٓ أَعْيُنِهِمْ فَٱسْتَبَقُوا۟ ٱلصِّرَ‌ٰطَ فَأَنَّىٰ يُبْصِرُونَ
Wa lau nasya’u latamasna ala a’yunihim fastabaqus-sirata fa anna yubsirun (Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat (nya).

67. وَلَوْ نَشَآءُ لَمَسَخْنَـٰهُمْ عَلَىٰ مَكَانَتِهِمْ فَمَا ٱسْتَطَـٰعُوا۟ مُضِيًّۭا وَلَا يَرْجِعُونَ
Wa lau nasya’u lamasakhnahum ‘ala makanatihim faastata’u muddiyaw wa la yarji’un (Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami robah mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.)

68. وَمَن نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى ٱلْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Wa man nu’ammirhu nunakkishu fil-khalq. A fala ya’qilun (Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?)

69. وَمَا عَلَّمْنَـٰهُ ٱلشِّعْرَ وَمَا يَنۢبَغِى لَهُۥٓ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌۭ وَقُرْءَانٌۭ مُّبِينٌۭ
Wa ma ‘allamnahusy-syi’ra wa ma yambagi lah in huw illa zikruw wa Qu’anum mubin (Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan,)

70. لِّيُنذِرَ مَن كَانَ حَيًّۭا وَيَحِقَّ ٱلْقَوْلُ عَلَى ٱلْكَـٰفِرِينَ
Li yunzira man kana hayyaw wa yahiqqal-qaulu ‘alal-kafirin (supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.)

71. أَوَلَمْ يَرَوْا۟ أَنَّا خَلَقْنَا لَهُم مِّمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَآ أَنْعَـٰمًۭا فَهُمْ لَهَا مَـٰلِكُونَ
A wa lam yarau anna khalaqna lahum mimma amilat aidina an’aman fa hum laha malikun (Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?)

72. وَذَلَّلْنَـٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ
Wa zallalnaha lahum fa minha rokubuhum wa minha ya’kulun (Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan.)
 
73. وَلَهُمْ فِيهَا مَنَـٰفِعُ وَمَشَارِبُ ۖ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
Wa lahum fiha manafi’u wa masyarib, a fa la yasykurun (Dan mereka memperoleh padanya manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?)

74. وَٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ ءَالِهَةًۭ لَّعَلَّهُمْ يُنصَرُونَ
Wattakhazu min dunillahi alihatal la’alahum yunsarun (Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan.)

75. لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُندٌۭ مُّحْضَرُونَ
La yastati’una nasrahum wa hum lahum jundum muhdarun (Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka; padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.)

76. فَلَا يَحْزُنكَ قَوْلُهُمْ ۘ إِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ
Fa la yahzunka qauluhum inna na’lamu ma yusirruna wa ma yu’linun (Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.)

77. أَوَلَمْ يَرَ ٱلْإِنسَـٰنُ أَنَّا خَلَقْنَـٰهُ مِن نُّطْفَةٍۢ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌۭ مُّبِينٌۭ
A wa lam yaral-insanu anna khalaqnahu min nutfatin fa iza huwa khasimum mubin (Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!)

78. وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًۭا وَنَسِىَ خَلْقَهُۥ ۖ قَالَ مَن يُحْىِ ٱلْعِظَـٰمَ وَهِىَ رَمِيمٌۭ
Wa daraba lana masalaw wa nasiya khalqah qala may yuhyil-izama wa hiya ramim (Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”)

79. قُلْ يُحْيِيهَا ٱلَّذِىٓ أَنشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٍۢ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
Qul yuhyihal-lazi ansya’aha awwala marrah, wa huwa bi kulli khalqin ‘alim (Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,)

80. ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلشَّجَرِ ٱلْأَخْضَرِ نَارًۭا فَإِذَآ أَنتُم مِّنْهُ تُوقِدُونَ
Allazi ja’ala lakum minasy-syajaril-akhdari naran fa iza antum minhu tuqidun (yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”)

81. أَوَلَيْسَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ‌ٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِقَـٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يَخْلُقَ مِثْلَهُم ۚ بَلَىٰ وَهُوَ ٱلْخَلَّـٰقُ ٱلْعَلِيمُ
A wa laisal-lazi khalaqas-samawati wal-arda bi qadirin ‘ala ay yakhluqa misla-hum, bala wa huwal-khallaqul-‘alim (Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.)

82. إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
Innama amruhu iza arada syai’an ay yaqula kun fa yakun (Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia.)

83. فَسُبْحَـٰنَ ٱلَّذِى بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَىْءٍۢ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Fa subhanal-lazi bi yadihi malakutu kulli syai’iw wa ilaihi turja’un (Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.)