Istilah Haji Mabrur sudah sangat sering kita dengar, seperti ucapan seseorang: "Semoga menjadi haji Mabrur." atau "Insyaallah anda menjadi Haji Mabrur." Apakah arti dan maksud Haji Mabrur itu ?
Inilah beberapa pengertian "Mabrur" menurut para ulama
- Istilah
"haji mabrur" sendiri, menurut sebagian ulama berasal dari kata al-birr (kebaikan)لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,... (Q.S.Al-Baqarah :177)
- Haji mabrur adalah haji yang dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan baik dengan Allah dan lingkungan sekitarnya.
- Nama Mabrur artinya adalah Diberkati; Berbuat Kebajikan
- Dalam kitab Fathul Baarii, Syarah Bukhori-Muslim menjelaskan: “Haji mabrur adalah haji yang maqbul yakni haji yang diterima oleh Allah swt..”
- Imam Nawawi dalam syarah Muslim: “Haji mabrur itu ialah haji yang tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah swt., yang tidak ada riya, tidak ada sum’ah tidak rafats dan tidak fusuq.”
- Abu Bakar Jabir al Jazaari dalam kitab, Minhajul Muslimin mengungkapkan bahwa: “Haji mabrur itu ialah haji yang bersih dari segala dosa, penuh dengan amal shaleh dan kebajikan-kebajikan.”
- Dalam Kitab Lisan al-Arab, mabrur dapat berarti baik, suci, dan bersih dan juga berarti maqbul atau diterima. Dalam pengertian pertama, haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan dengan baik, tidak melakukan hal-hal yang dilarang seperti berkata kotor, berbuat fasik atau mengganggu orang lain, menggunakan harta yang halal untuk ongkos dan biaya perjalanan ibadah.Dalam arti yang kedua, mabrur berarti maqbul atau diterima.
Petunjuk Rasulullah saw. Dalam Memperoleh Haji Mabrur.
Meskipun pada hakikatnya, bahwa hanya Allah-lah yang
menentukan dan mengetahui apakah diterima dan tidaknya haji yang kita tunaikan.
Namun melalui penjelasan yang bersumber dari Rasulullah saw.telah dijelaskan kriteria untuk mencapainya, antara lain:
Ikhlas Memohon Diterimanya Amal Ibadah Haji. |
- Tunaikanlah ibadah haji dengan benar-benar
berangkat dari motivasi dan niat yang
- Segala biaya dan nafkah yang digunakan untuk menunaikan ibadah haji haruslah benar-benar bersumber dari yang halal. Rasulullah saw. bersabda: :” Jika seseorang pergi menunaikan haji dengan biaya dari harta yang halaldan kemudian diucapkannya, “Labbaikallaahumma labbaik ( ya Allah, inilah aku datang memenuhi panggilan-Mu). Maka berkata penyeru dari langit: “Allah menyambut dan menerima kedatanganmu dan semoga kamu berbahagia. Pembekalanmu halal, pengangkutanmu juga halal, maka hajimu mabrur, tidak dicampuri dosa.” Sebaliknya, jika ia pergi dengan harta yang haram, dan ia mengucapkan: “Labbaik”. Maka penyeru dari langit berseru: “Tidak diterima kunjunganmu dan engkau tidak berbahagia. Pembekalanmu haram, pembelanjaanmu juga haram, maka hajimu ma’zur (mendatangkan dosa) atau tidak diterima.” (HR. Tabrani).
- Melakukan manasik hajinya dengan meneladani dan mempedomani manasik haji Rasulullah saw.. Ini sudah pasti dan dapat dipahami, karena ibadah haji merupakan ibadah mahdhah yang cara pelaksanaanya mutlak harus mempedomani Rasulullah saw.sebagaimana sabdanya: “Hendaklah kamu mengambil manasik hajimu dari aku.” (HR. Muslim).
- Ibadah haji yang ditunaikan harus mampu memperbaiki akhlak dan tingkah laku. Sesudah kembali dari tanah suci. maka itu semua menjadi sarana untuk merefungsionalisasikan tujuan hidup kita agar kembali kepada fitrah yang sebenarnya, yakni menjadi manusia yang memiliki akhlak yang terpuji. Kita harus mengingat bahwa tujuan ibadah dalam Islam, tidak terkecuali ibadah haji adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Hadits Tentang Haji Mabrur
Predikat haji mabrur seperti halnya
pahala, hanya Allah swt.yang tahu. Tak ada sertifikat tertulis yang dapat
ditunjukkan sebagai bukti keberhasilan meraih “haji mabrur” seperti secarik
kertas ijazah pada lembaga-lembaga pendidikan. Namun Informasi dari sumber-sumber agama
Islam telah menyebut beberapa indikator kemabruran ibadah haji seseorang. Dalam sebuah
hadisnya Rasulullah Saw bersabada: “dari Jabir r.a., dari Nabi Muhammad Saw berkata, “haji yang mabrur tiada
balasannya kecuali surga”. Lalu beliau ditanya, “apa tanda kemabrurannya ya
Rasul?” Rasul bersabda, “memberi makan orang yang kelaparan, dan tutur kata
yang santun”. (HR. Ahmad dan Thabraniy, dan lainnya). Imam Nawawi dalam kitabnya “al-Idhah fi Manasik al-hajj wal Umrah” menegaskan: Haji yang mabrur adalah yang mengantarkan pelakunya kepada perubahan kehidupan
yang lebih baik dari sebelumnya. (terutama peningkatan ibadah)
Beberapa Indikator Haji Mabrur
- Tumbuhnya kepedulian sosial yang tinggi, yang dalam hadis di atas terungkap dalam kalimat “memberi makan orang yang kelaparan”. Frasa “memberi makan orang yang kelaparan” ini dapat dipahami dalam artian yang luas dalam bentuk memberikan berbagai bantuan sosial. Bisa berarti memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak yang putus sekolah; rajin bersedekah kepada para fakir miskin; suka bergotong royong untuk kemaslahatan bersama. Orang-orang yang kembali dari tanah suci dan meraih haji yang mabrur akan menjadi pribadi-pribadi dermawan. Lebih mendahulukan kepentingan umum ketimbang kepentingan dirinya sendiri. Bahkan pada tingkatnya yang paling sempurna adalah rela memberikan bantuan kepada orang lain, padahal dirinya juga membutuhkan sesuatu yang diberikan itu.
- Tutur kata yang santun. Tutur kata yang baik menjadi syarat terjalinnya hubungan yang harmonis di tengah masyarakat. Sebab seringkali perselisihan dipicu oleh kata-kata yang tak patut terucap dan menyakiti orang lain. Karena itu, mereka yang meraih haji mabrur tampak pada tutur katanya yang santun. Berusaha menjaga perasaan orang lain.Tidak ingin menang sendiri dalam tiap pembicaraan. Atau dalam ungkapan yang lebih tegas dapat dinyatakan bahwa para peraih haji mabrur adalah pribadi-pribadi yang berakhlak mulia.
- Peningkatan gairah beribadah sekembalinya dari tanah suci. Mereka yang meraih haji mabrur akan semakin rajin ke masjid untuk shalat berjama’ah ataupun menghadiri berbagai kegiatan keagamaan. Sebab selama mereka di tanah suci telah melatih dirinya untuk terus menurus sholat berjama’ah di masjid. Bahkan datang lebih awal dari jadwal waktu sholat berjama’ah. Sampai-sampai rela berlari-larian dan berdesak-desakan untuk meraih tempat yang utama di dalam masjid seperti di Raudhah.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ
ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ “Maha suci Engkau ya
Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan
Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
sumber : jadipintar.com
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas saran & kritiknya !!