Kartu Ucapan Gaul. |
Pada hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha kita sering
mendengar sebagian kita mengucapkan selamat kepada sebagian lain dengan
ucapan yang beraneka ragam. Ada yang dengan pantun serius,
pantun plesetan, ungkapan yang sangat puitis, dll.
(Ini “pancingan” dari operator selular agar semua orang
kirim SMS sehingga traffic SMS meningkat yang ujung-ujungnya pendapatan mereka
juga meningkat atau memang murni ucapan dari seseorang kemudian di forward
setelah diedit sedikit, biasanya nama dan keluarga. ucapanya sih sama persis).
Maka apakah status
hukumnya menurut syariat Islam ?
Awal Kisah
Dari Jubair bin Nafir, katanya: "Apabila sahabat-sahabat Rasulullah saw. bertemu pada hari raya, maka mereka saling mengucapkan 'Taqabbalallahu minna waminkum' artinya 'Semoga Allah menerima amal kami dan amalmu'." (Menurut Hafizh sanadnya baik).
- Imam Malik r.a. pernah
ditanya : apakah makruh hukumnya seseorang
Redaksi Ucapan Lebaran Para Sahabat - Dalam kitab Al-Hawi (1/82) Imam Suyuthi berkata : Ibnu Hibban telah mengeluarkan dalam kitab Al-Tsiqot dari Ali bin Tsabit berkata : Aku bertanya kepada Malik tentang ucapan orang-orang pada hari raya : Taqabbalallahu minna waminka, maka beliau berkata : hal itu masih terus berlaku seperti itu ditempat kami. Beberapa shahabat menambahkan ucapan shiyamana wa shiyamakum, yang artinya puasaku dan puasa kalian. Jadi ucapan ini bukan dari Rasulullah, melainkan dari para sahabat.
- Dalam kitab Al-Mughni (2/259) beliau berkata : Ali bin Tsabit berkata : Aku bertanya kepada Malik bin Anas sejak tiga puluh lima tahun lalu, dan beliau berkata : di Madinah masih dikenal hal seperti ini.
- Dan dalam kitab Masail Abu Dawud (61) beliau berkata : Aku mendengar Ahmad ditanya tentang kaum yang diucapkan kepada mereka pada hari raya: Taqabbalallahu minna waminkum, beliau berkata : aku berharap hal itu tidak mengapa.
- Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya dalam Majmu Fatawa (24/253) : apakah ucapan selamat hari raya yang biasa diucapkan orang-orang : Ied Mubarak (hari raya yang diberkahi), dan semacamnya, apakah ada dasarnya dalam syariat atau tidak ? dan kalau ada dasarnya dalam syariat, maka apa yang diucapkan, berilah fatwa kepada kami ? Maka beliau menjawab : adapun ucapan selamat hari raya dimana sebagian orang mengucapkan kepada sebagian lain apabila bertemu setelah sholat Ied : Taqabbalallahu minna waminkum, dan semoga Allah Menyampaikanmu tahun depan, dan semacam itu maka ini telah diriwayatkan oleh sebagian sahabat bahwa dahulu mereka melakukannya, dan dibolehkan sebagian Imam seperti Ahmad dan lainnya, tetapi Ahmad berkata : aku tidak mahu memulainya lebih dahulu, namun jika seseorang mengucapkannya kepadaku maka aku menjawabnya, karena itu jawaban ucapan selamat yang hukumnya wajib, adapun mengucapkan selamat terlebih dahulu bukan merupakan sunah yang diperintahkan, dan juga bukan termasuk yang dilarang, baangsiapa yang mengerjakannya maka dia memiliki panutannya, dan siapa yang meninggalkannya maka diapun memiliki panutannya. Wallahu Alam.
Kesimpulan
Ucapan Lebaran Paling Populer |
Syeikh Utsaimin r.a. pernah ditanya: Apa
hukum ucapan selamat hari raya? Dan apakah ada ucapan tertentu?
Maka beliau menjawab: “ucapan selamat hari raya
dibolehkan, dan tidak ada ucapan selamat yang khusus, tetapi apa yang biasa
diucapkan oleh manusia dibolehkan selama bukan merupakan ucapan dosa”.
Dan beliau juga berkata:
“Ucapan selamat hari raya telah diamalkan sebagian sahabat
radhiallahu anhum, seandainya hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh sahabat,
namun hal tersebut sekarang telah menjadi perkara tradisi yang biasa dilakukan
manusia, dimana sebagian mengucapkan selamat kepada yang lain dengan tibanya
hari raya dan sempurnanya puasa dan qiyamul lail”.
Dan beliau juga ditanya: apa hukum
berjabat tangan, berpelukan dan ucapan selamat hari raya setelah sholat Ied?
Beliau menjawab: Perkara-perkara ini tidak mengapa
dilakukan, karena manusia tidak menjadikannya bentuk ibadah dan taqarrub kepada
Allah Azza wa Jalla, namun hanya menjadikannya sebagai tradisi, memuliakan dan
menghormati, selama tradisi tersebut tidak ada larangannya secara syarie maka
dasarnya adalah boleh”. Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin (16/208-210). Wallahu
Alam.
Ucapan Minal ‘Aidin wal Faizin
Redaksi Ucapan Normatif |
Sering kali kita salah kaprah mengartikan ucapan tersebut,
karena biasanya diikuti dengan “mohon maaf lahir dan batin”. Jadi seolah-olah
minal ‘aidin wal faizin itu artinya mohon maaf lahir dan batin. Padahal arti
sesungguhnya bukan itu. Kata minal aidin wal faizin itu sebenarnya sebuah
ungkapan harapan atau doa. Tapi masih ada penggalan yang terlewat. Seharusnya
lafadz lengkapnya adalah ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal
faizin,artinya semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai
orang-orang yang kembali dan beruntung (menang).
Makna Minal 'Aidin wal Fa'izin
Bermaaf-maafan |
Setelah mengasah dan mengasuh jiwa – yaitu berpuasa – selama
satu bulan, diharapkan setiap Muslim dapat kembali ke asal kejadiannya dengan
menemukan “jati dirinya”, yaitu kembali suci sebagai mana ketika ia baru
dilahirkan serta kembali mengamalkan ajaran agama yang benar. Ini semua
menuntut keserasian hubungan, karena – menurut Rasulullah – al-aidin
al-mu’amalah, yakni keserasian dengan sesama manusia, lingkungan, dan alam.
Sementara itu, al-faizin diambil dari kata fawz yang berarti
“keberuntungan” . Apakah “keberuntungan” yang kita harapkan itu Di sini kita
dapat merujuk pada Al-Quran, karena 29 kali kata tersebut, dalam berbagai
bentuknya, terulang. Menarik juga untuk diketengahkan bahwa Al-Quran hanya
sekali menggunakan bentuk afuzu (saya beruntung). Itupun menggambarkan ucapan
orang-orang munafik yang memahami “keberuntungan” sebagai keberuntungan yang
bersifat material (baca QS 4:73)
Bila kita telusuri Al-Quran yang berhubungan dengan konteks
dan makna ayat-ayat yang menggunakan kata fawz, ditemukan bahwa seluruhnya
(kecuali QS 4:73) mengandung makna “pengampunan dan keridhaan Tuhan serta
kebahagiaan surgawi.” Kalau demikian halnya, wal faizin harus dipahami dalam
arti harapan dan doa, yaitu semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh
ampunan dan ridha Allah SWT sehingga kita semua mendapatkan kenikmatan
surga-Nya.
Salah satu syarat untuk memperoleh anugerah tersebut
ditegaskan oleh Al-Quran dalam surah An-Nur ayat 22, yang menurut sejarah
turunnya berkaitan dengan kasus Abubakar r.a. dengan salah seorang yang ikut ambil bagian dalam menyebarkan gosip terhadap putrinya sekaligus istri Nabi,
Aisyah. Begitu marahnya Abubakar sehingga ia bersumpah untuk tidak memaafkan
dan tidak memberi bantuan apapun kepadanya.
Tuhan memberi petunjuk dalam ayat tersebut: Hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 24:22).
Marilah kita saling berlapang dada, mengulurkan tangan dan
saling ikhlas, -semoga kita dapat kembali
mendapatkan jati diri kita- semoga kita bersama memperoleh ampunan-
ridha dan kenikmatan surgawi. Amin. Taqabbalallaahu minna wa minkum.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ
ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ “Maha suci Engkau ya
Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan
Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas saran & kritiknya !!